Peri Kecil

masdens.id
   Waktu terus berjalan, jam terus berdetik, hari terus berganti, siang menjadi malam, terang menjadi redup, mekar menjadi gugur, hujan menjadi pelangi tapi sebuah semangat yang kamu tunjukkan tak pernah padam. Wahai peri kecil, aku melihat dirimu sudah semakin besar seiring bergantinya masa. Dan paras cantikmu serta kelembutanmu sudah terlihat seperti matahari yang menyinari indahnya awan di pagi hari, meskipun aku tau kamu juga pernah merasakan yang namanya kesedihan. Kepandaianmu semakin terasah seiring padatnya jadwal terbang belajarmu. Mungkin kita jarang bertemu, kita jarang bercengkrama bersama dengan hanya sedikit candaan yang terlontar dan sebuah kehormatan serta ketulusan dirimu dalam memperlakukan diriku. Aku paham, umurmu masih cukup jauh untuk mengetahui lebih dalam tentang hidup ini. Seusiamu dulu akupun juga hanya memikirkan pelajaran di sekolah dan bermain bersama teman-temanku. Wahai peri kecilku, terkadang hatiku iba melihat lelahnya dirimu dalam belajar, ketika aku ingin membantu mengajarkanmu ternyata kamu sudah bisa terlebih dahulu, kalaupun kamu bertanya padaku mungkin beberapa pelajaran saja yang memang kamu belum terlalu menguasai itu. Beda pada zamanku dulu ketika aku belajar, ibu terus bersabar mengajariku sampai aku benar-benar bisa dan kalau kamu? malah kebalikan daripada diriku. Aku paham saat ini kamu masih ingin dekat selalu dengan ibumu ketika aku ingin mengajakmu pergi kesuatu tempat yang bisa merefreshkan otakmu agar aku bisa melihat senyum manismu dari kerasnya hiruk pikuk kehidupan ini, terkadang kamu tak mau kalau tidak dengan ibu, toh jika ibu aku ajak terkadang jarang-jarang mau. Karena dia bidadari rumah yang dari muda tidak terlalu suka mengexplor dunia luar. Tak apa, kamu akan terus dekat dengan ibu selamanya. Karena masa-masamu saat ini yang kutau adalah sedang ingin bermanja-manja sekali dengan ibu, kelak jika kamu tumbuh besar, Ya kamupun akan sama selalu dekat dengan ibumu, selamanya.
Oh iya, maafkan diriku sebagai pelindungmu di dalam keluarga belum bisa menjadi apa yang kamu inginkan dan saat ini juga tak bisa menunujukan sebuah bentuk kasih sayang yang nyata. Mungkin aku memang tak pandai dalam berkata-kata dan mengungkapkan, sama halnya seperti ayahmu. Kelak suatu saat mungkin kamu berpikir

“ah, ayahku sibuk, kakaku juga sibuk sehingga hanya ibu disini yang mengerti aku”.

   Hey, jangan berprasangka tak baik kalau kamu tak paham yang sebenarnya. Ingat, kita semua punya waktu untuk selalu bersama, hanya tinggal bagaimana kita mengaturnya. Itu mungkin yang bisa kamu lihat saat ini, kamu belum mengetahui apa yang tidak terlihat oleh dirimu. Aku ingin kamu bisa melihat dari sisi lain, ayahmu yang berjuang untukmu dengan sekuat tenaganya mencari nafkah dan melawan kerasnya kehidupan untuk dapat membahagiakanmu, menginginkan anaknya untuk menjadi yang terbaik dan menjadi kebanggaan untuk hatinya meski kamu jarang bertemu dengannya karena ayahmu selalu pulang larut malam. Bukankah itu suatu perjuangan atau bentuk kasih sayang untuk dirimu? Untuk memenuhi keinginanmu? Di dalam lelah dan doanya ayah berharap besar pada dirimu untuk kamu menjadi anak yang baik dan menjadi anak yang sholehah yang dapat mengangkat derajat ayahmu kelak. Kamu tak pernah tau itukan? Di balik senyumnya terlihat lelah yang sangat luar biasa yang dia simpan dan tidak diperlihatkan di depan dirimu. Tapi apakah ayah menyerah? Jawabannya tidak. Ayah tidak akan pernah menyerah sampai Allah memanggil dirinya. Dia akan selalu berusaha untuk membahagiakan keluarganya. Ayah adalah  The Real Superheromu wahai peri kecil. Ayahmu akan bersedih ketika kamu melakukan hal-hal yang tidak di inginkan oleh dirinya, ayahmu akan lebih bersedih karena bangga jika kamu mencetak prestasi demi masa depanmu dan keluargamu.
   Lalu aku, saat ini aku jarang berbincang denganmu. aku hanya bisa memberikan semangat dan sedikit nasihat yang mungkin bisa membuatmu tenang. Belum saatnya mungkin aku berbincang denganmu karena mungkin aku takut kamu tak mengerti akan bahasa-bahasaku yang mungkin terlalu tinggi menurutmu. Jika di depanmu aku mencoba bersikap sesuai dengan usiamu saat ini untuk dapat beradaptasi dengan perkembanganmu. Aku tau kamu juga selalu curhat dengan ibu karena aku tau ibu yang selalu ada dirumah bersamamu, yang mengerti keadaanmu. Tapi jika kamu bisa melihat dari sisi lain, aku yang ketika pulang kuliah melihatmu sudah tidur terlelap, aku terkadang mencium keningmu dan berdoa yang terbaik untuk esok hari-hari indahmu, itu bentuk kasih sayangku padamu. Lalu ketika aku keluar berdua menemani ibumu, kami sering berbincang perihal dirimu.

“Bu terkadang aku takut, mungkin saat ini dede masih sangat nurut pada ibu. Tapi ketika dewasa kelak dia akan punya kehidupan baru diluar, aku takut dia salah bergaul sehingga seperti yang kulihat banyak anak-anak sekarang yang terkadang berani membangkang pada ibunya cuma karena keinginan dia tak terpenuhi?”. Ujur diriku

Lalu ibupun menjawab, “Kamu ingat mas? Kamu juga pernah buat ibu sedih juga kan? Ibu tau kamu masih labil dengan emosimu diusiamu waktu itu, sangatlah wajar. Tapi apa pernah ibu menjauh dari kamu? Justru sebagai seorang ibu seharusnya menjadi penenang bagi anaknya, sama ketika ibu marahpun kamu atau adik-adikmu bisa menjadi penenag juga. Itulah yang namanya melengkapi dan malah ibu makin sayang dan peduli sama kamu. Karena kalianlah yang menguatkan ibu. Ibu yakin dengan adikmu, tergantung bibitnya saja”.

Dia pun tertawa kecil dan aku terdiam membisik dalam hati “oh iya aku juga pernah bikin ibu sedih ya, aduh astagfirullah”.
Aku pun menjawab, “maaf ya bu aku khilaf, namanya juga manusia hehe”.

Ibu lalu berpesan, “jaga adikmu nanti ketika dia sudah besar, mungkin ibu sudah sangat menua nanti ketika adikmu sudah tumbuh menjadi orang yang sangat cantik dan pintar”.

   Itu sedikit perbincanganku dengan ibu. Mungkin kami tidak dapat menunjukannya secara nyata, kami masih banyak kekurangan. Kami juga manusia yang tak luput dari salah dan dosa, tapi aku berharap kita semua dapat saling mengingatkan ketika salah satu diantara kita sedang ada yang tidak baik. Ya itulah sebuah kehidupan berkeluarga. Kelak ketika kamu sudah tumbuh besar dan dewasa kamu akan mengerti, akan ada waktu dimana aku akan berbagi cerita dan mencurahkannya dengan kamu ketika masa-masa aku dalam menghadapi kehidupan yang terkadang nyatanya tidak selalu sesuai dengan keinginan dan aku akan bercerita perihal apa yang aku alami selama aku hidup. Lalu aku ingin memberikan beberapa kisah yang mungkin menjadi ilmu atau patokan untuk dirimu. Saat inipun aku juga masih belajar memahami kehidupan ini dan selamanya akan terus belajar sampai aku menghembuskan nafas terakhirku. Kelak ketika kau sudah besar, tanyakan tentang hal apa saja yang ingin kamu pertanyakan kepadaku, insyaAllah aku akan menjawabnya sesuai dengan yang aku ketahui di dalam kehidupanku. Aku ingin kamu menjadi wanita yang tangguh dan tegar kelak ketika menghadapi sebuah kehidupan yang sebenarnya. Kalian berdua bagaikan mentari pagi yang menyejukkan, ibu dan kamu peri kecil. Kami akan senantiasa berusaha yang terbaik untuk menjaga aset terindah yang Allah berikan kepada Ayah, aku dan kakak keduamu.
Wahai peri kecil, saat ini mungkin kamu sedang menggantungkan cita-cita besarmu untuk kelak di masa depanmu. Teruskanlah, kami semua akan selalu mendukungmu dan ingatlah kamu tidak berjalan sendirian. Lihat lah kebelakang kami selalu ada untukmu beserta yang menciptakan-Mu. Jadi jangan pernah takut untuk membentangkan sayapmu untuk terbang tinggi, yang terpenting ketika kamu berada di ketinggian janganlah kamu lupa dulu kamu berawal darimana. Pesanku, kelak jika kau sudah tumbuh besar dan dewasa, kau sudah bisa menyadari betapa pintar dan cantiknya dirimu, jangan menjadikan itu sebagai boomerang untuk dirimu sendiri. Aku tau setiap orang pasti menyukai sebuah keindahan, tapi sadarlah bahwa segalanya adalah pemberian yang luar biasa dari Allah dan yang kau lakukan selama kamu hidup itu selalu diawasi oleh malaikat pelindungmu dan Allah yang menciptakan dirimu. Tetaplah tersenyum dalam situasi apapun, berbagi, berbuat baik dan rendah hatilah terhadap sesama. Kami semua menyayangimu.
“Aku memang bukan orang yang pandai untuk mengutarakan isi hati, tapi aku tau bagaimana caranya untuk menyayangi setulus hati”
Kelak aku berharap suatu saat kamu membaca tulisanku yang sedeharna ini.


Your Guardian,


Sibling

Comments

Popular Posts